Sebenarnya aku bersama saudaraku telah mengunjungi tempat ini sebanyak 3 kali dengan waktu yang berbeda-beda. Untuk yang pertama, berawal dari koko yang mengajak kami mencoba makanan halal yang akhirnya singgah di tempat ini. Kedua, bersama keluarga, kami mengunjungi tempat makan ini. Lalu yang ketiga, aku bersama saudaraku yang pergi menikmatinya.
Nah sekarang sudah keempat kalinya aku mengunjungi tempat ini dan masih sama seperti dulu, tidak memiliki nama usaha dan nama menu yang akan dijual. Walaupun begitu, tetap saja ada datang mulai dari warga pribumi, tionghoa dan masih banyak lagi yang ingin menikmati belut sambalnya.
Entahlah, aku pun tidak tahu alasannya. Pas bertanya orang sekitar, ada yang mengatakan belut cabai merah, ada lagi namanya belut sambal, lalu belut sambal ibu, bahkan belut cabai merah suasa karena jalan suasa dan masih banyak lagi. Akhirnya kucoba bertanya ke penjualnya tentang nama usahanya biar dikenal orang. Tapi jawaban penjualnya bikin kepalaku pusing. Ini dia jawabannya
Betullah ibu ini kenapa tidak bertanya ke suaminya atau bila suaminya sibuk, bukannya bisa bertanya ke pegawainya nama usaha yang cocok. Ya sudahlah daripada banyak mikirin nama usahanya, mending aku pesan makanannya sebelum diserobot pelanggan lain.
Sambil menunggu pesanan tiba, aku pun mengabadikan tempatnya dengan memfoto lokasinya. Beruntung banget rasanya pelanggan langsung pergi secara mendadak, tidak tahu apa alasannya, mungkin karena dapat info jam kerja mereka disingkat. Jadi bisa langsung foto lokasinya sebelum mereka kembali datang.
Yang aku foto juga tidak hanya tampilannya saja, suasananya juga ku abadikan. Kamu bisa melihat suasananya masih jauh dari kata 'modern'. Berkat suasana warung ini, membuat angin mengalir masuk dengan lembut, menambah suasana semakin menyegarkan.
Akhirnya tibalah pesananku bersama saudaraku setelah menunggu sekian lama yaitu belut sambal. Untuk rasa seperti kami datang sebelumnya masih tetap enak dan sambal tetap nendang, terutama sambalnya yang berkuah. Sambal kuahnya cukup menggoda apalagi pas dicampur dengan nasi semakin doyan menikmati belut sambalnya. Jadi lahap deh
Nah aku sempat juga penasaran mengapa belutnya bisa enak, apakah sekadar dimasak saja? Pas kutanya ke penjualnya, ternyata beli belutnya masih langsung ke petaninya atau ke pemburu belut. Jadi penjualnya mengatakan maaf bila kadang buka-kadang tutup karena sulitnya mencari belut yang masih segar.
Oke begitulah ceritaku mengunjungi tempat ini. Bagi kamu yang ingin mengunjungi, kamu harus sabar dan jangan pergi dalam keadaan perut keroncongan karena lokasinya masih di daerah yang belum dikenal.
Akhir kata, kami pun mengucapkan terima kasih ke ibu warung ini. Lalu seperti biasa kami bertanya tentang nama usaha dan sang ibu pun kembali membalas seperti biasanya. Semoga warung belut sambal ini betul-betul memiliki nama agar mudah dikenal pelanggan.
Lokasi:
Sulit dikatakan (jalan suasa)
Harga mulai Rp 50.000
Jam buka mulai 12.00 wib - 16.00 wib
Loh bukannya tidak bernama? Kok bisa ramai?
Entahlah, aku pun tidak tahu alasannya. Pas bertanya orang sekitar, ada yang mengatakan belut cabai merah, ada lagi namanya belut sambal, lalu belut sambal ibu, bahkan belut cabai merah suasa karena jalan suasa dan masih banyak lagi. Akhirnya kucoba bertanya ke penjualnya tentang nama usahanya biar dikenal orang. Tapi jawaban penjualnya bikin kepalaku pusing. Ini dia jawabannya
"Terserah kamu ajalah dek mau bikin nama usahanya. Sudah banyak pelanggan yang makan disini dan bertanya yang sama, ibu membalasnya juga sama seperti sebelumnya, terserah mereka mau bikin namanya. Karena ibu kurang tahu nama usaha yang cocok untuk usaha belut sambal ibu"
Betullah ibu ini kenapa tidak bertanya ke suaminya atau bila suaminya sibuk, bukannya bisa bertanya ke pegawainya nama usaha yang cocok. Ya sudahlah daripada banyak mikirin nama usahanya, mending aku pesan makanannya sebelum diserobot pelanggan lain.
Sambil menunggu pesanan tiba, aku pun mengabadikan tempatnya dengan memfoto lokasinya. Beruntung banget rasanya pelanggan langsung pergi secara mendadak, tidak tahu apa alasannya, mungkin karena dapat info jam kerja mereka disingkat. Jadi bisa langsung foto lokasinya sebelum mereka kembali datang.
Yes masih sunyi, harus cepat fotonya |
Yang aku foto juga tidak hanya tampilannya saja, suasananya juga ku abadikan. Kamu bisa melihat suasananya masih jauh dari kata 'modern'. Berkat suasana warung ini, membuat angin mengalir masuk dengan lembut, menambah suasana semakin menyegarkan.
Belut sambal |
Akhirnya tibalah pesananku bersama saudaraku setelah menunggu sekian lama yaitu belut sambal. Untuk rasa seperti kami datang sebelumnya masih tetap enak dan sambal tetap nendang, terutama sambalnya yang berkuah. Sambal kuahnya cukup menggoda apalagi pas dicampur dengan nasi semakin doyan menikmati belut sambalnya. Jadi lahap deh
Nah aku sempat juga penasaran mengapa belutnya bisa enak, apakah sekadar dimasak saja? Pas kutanya ke penjualnya, ternyata beli belutnya masih langsung ke petaninya atau ke pemburu belut. Jadi penjualnya mengatakan maaf bila kadang buka-kadang tutup karena sulitnya mencari belut yang masih segar.
Oke begitulah ceritaku mengunjungi tempat ini. Bagi kamu yang ingin mengunjungi, kamu harus sabar dan jangan pergi dalam keadaan perut keroncongan karena lokasinya masih di daerah yang belum dikenal.
Akhir kata, kami pun mengucapkan terima kasih ke ibu warung ini. Lalu seperti biasa kami bertanya tentang nama usaha dan sang ibu pun kembali membalas seperti biasanya. Semoga warung belut sambal ini betul-betul memiliki nama agar mudah dikenal pelanggan.
Lokasi:
Sulit dikatakan (jalan suasa)
Harga mulai Rp 50.000
Jam buka mulai 12.00 wib - 16.00 wib
0 comments
Post a Comment