Friday 30 August 2019

Mengenal Food Photography Versi Blog Ridsal

Mengenal Food Photography Versi Blog Ridsal

Semenjak blog ini aktif menulis tentang makanan/kuliner. Terbesit di benak saya untuk tahu tentang food photography. Alasannya sih sederhana saja, karena saya cukup sering pergi ke tempat makan, jadinya kepikiran deh. Tapi food photography seperti apa sih? Nah bagi kamu yang sudah tahu, mungkin kamu bisa menjawabnya melalui kolom komentar. Namun bagi kamu yang belum tahu, bisa simak tulisan ini.

Mengenal Food Photography

Food photography bisa dikatakan jenis fotografi yang melekat pada makanan. Untuk makanannya pun luas, mulai dari kue, cemilan, hingga makanan berat. Namun bagi Blog Ridsal, food photography masih sekedar mengambil gambar yang hanya ditampilkan di blog. Tidak memikirkan konsep, gaya foto maupun komposisi. Untuk membuktikannya, kamu bisa baca tulisan saya tentang makanan, terus kamu bisa melihat fotonya dan menarik kesimpulan.

Sekarang bagaimana? Apa kamu sudah baca tulisan saya tentang makanan? Mungkin kamu sudah tahu hasil foto yang saya ambil, layak atau tidak disebut food photography. Nah berangkat dari situ saya mulai mencoba mengenal food photography.

Mulai dari Smartphone

Langkah awal saya tuk mengenal Food Photography dimulai dari smartphone. Mengapa smartphone? Bukannya kamera lebih bagus? Betul kamera lebih bagus dan memiliki fitur yang lebih baik dari smartphone. Tapi karena smartphone praktis seperti tidak membutuhkan banyak ruang saat bepergian jauh, membuat saya lebih memilih smartphone. Apalagi sekarang fitur kamera dari smartphone diperbarui, bikin saya semakin pede menggunakannya.

Nah untuk smartphone-nya bisa dikatakan bebas, tidak harus ber-merk ataupun memiliki kualitas terbaik. Cukup berguna dan nyaman sama kita, plus ramah dikantong, hehe. Untuk smartphone-nya saya sempat menggunakan Sharp SHV34, namun saya ganti menjadi Realme 3. Alasan saya menggantinya, karena tidak memiliki 2 sim, baterai kecil dan suara kamera yang tidak bisa dinon-aktifkan. Padahal Sharp SHV34 punya kualitas pemotretan dan perekeman video baik (dengan harga dibawah satu juta/seken), jadinya agak sedih menggantinya.

Untuk Realme 3 kekurangan itu sudah tertutupi, walau fitur perekaman video masih bermasalah. Tapi mengingat tujuan saya, yakni mengenal dan mencari tahu tentang food photography, mau gak mau harus menerima. Emang punya duit, hehe.

Setelah saya memilih Realme 3, saya pun melihat fitur yang disajikan. Fitur kamera Realme 3 bisa dibilang cukup lengkap seperti mode auto, nightscape, potrait, manual dan lainnya. Semua bisa kamu lihat review-nya di blog ini. Jadinya gak kebingungan deh.

Coba Eksekusi

Setelah memilih smartphone dan melihat fitur kamera-nya, waktunya eksekusi. Nah untuk mencobanya, saya coba pilih tempat yang ada ruangannya dan kondisi sepi. Kalau kamu tanya alasannya, karena saya segan kalau foto makanan saat dilihat, apalagi saya baru mengenal food photography, bisa lama mengambil foto-nya.

Langkah awal tuk mencoba food photography, saya mencoba pengambilan gambarnya. Kamu bisa lihat di tulisan blog saya tentang makanan yang foto-nya sempat saya ubah ke mode potrait, mode zoom dan lainnya. Sempat juga saya mengambilnya dari sudut lain, biar tahu hasil foto makanan yang berhasil saya abadikan. Namun entah mengapa saat saya bandingkan dengan situs yang saya baca atau media sosial seputar makanan hasilnya terlalu beda.

Ternyata setelah saya baca kembali, cukup banyak harus diperhatikan seperti pencahayaan, pengambilan fokus, menambahkan detail, memilih background yang sesuai dengan makanan dan masih banyak lagi. Bahkan ada juga yang mengatakan perlu editing yang membuat saya semakin pusing mendalami food photography (soalnya baru tahu sedalam ini food photography). Wah ternyata butuh perjuangan juga nih menjadi food photography.

Tetap Semangat

Saya rasa ini kata yang tepat, biar saya semakin semangat, hehe. Walaupun begitu saya akan berusaha mendalaminya agar tidak hanya sekedar tahu tentang food photography saja, jadi kamu pun semakin rileks saat membaca tulisan saya tentang makanan/kuliner.

Nah begitu saja dulu mengenal food photography versi Blog Ridsal. Semoga kedepannya kita berjumpa lagi di tulisan makanan dan food photography berikutnya. Sampai jumpa~

15 comments

  1. Sama mas, suka segen mo foto2 kalo lagi rame.
    Klo saya fotonya ut tag lokasi di google map sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, jadi ada rasa segan gitu..
      Eh, berarti uda level google maps-nya, uda tinggi nih??

      Delete
    2. Uda tinggi tuh mas. Saya masih level 6..

      Delete
  2. Aku setiap mau makan di luar paling jarang foto apalagi kalau makanannya terlihat mahal. Segan juga.

    Tapi, aku sekarang lagi belajar memfoto buku-buku dengan lebih bagus lagi meski belajar otodidak dengan caraku sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh juga tu kak. Bisa jadi kakak punya gaya foto sendiri..

      Delete
    2. Iya Kak. Lagi berusaha dengan baik untuk bisa menarik orang lain membaca bukuku. Hihi...

      Delete
  3. saya pengen sih belajar foto, apalagi kadang banyak temen yang minta orderan kecil2lan untuk ultah dan nikahan, karena selama ini ilmu fotografi saya cuma asal aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, saya juga sepemikiran. Karena sering foto, jadi ada yang mau request, tapi kemampuannya masih belum cukup, jadinya gak pede nerima orderan. Mudah2an mas kedepannya sempat mendalaminya..

      Delete
  4. wahhhh bagus ni! chaiyok chaiyok!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, langkah awal mengenal food photography..

      Delete
  5. aku a food fotographer karena aku jual makanan di marketplaces.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat mas, biar makin laris usahanya..

      Delete
  6. Apa mas ridzal berencana jadi food blogger nih makannya belajar food phoyography....
    Semangat aja ya mas belajarnya💪

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak ada rencana kak, soalnya saya lebih suka teknologi dibandingkan kuliner. Tapi karena lingkungan kebanyakan kuliner, jadi tertular deh..
      Makasih kak..

      Delete


EmoticonEmoticon