Sudah lama gak ngeblog jadi ingin cerita kembali, salah satunya kesanku di Jakarta selama 5 hari, tepatnya di bulan Juli lalu. Seperti apa ceritanya? Langsung kita mulai
Cerita bermula saat ingin tukar tambah hape karena tempatnya berada di Jakarta. Yauda gpp, hitung-hitung sekalian jalan-jalan dan ketemu teman
Uniknya dalam ceritaku jalan-jalan kesana, keluarga pada bertanya alasanku kesana dan jawabannya seperti yang kubilang sebelumnya. Kesan mereka cukup kaget seperti "kok mau ya?, anak ini dapat hidayah, akhirnya dia mau jalan-jalan atau dibuka pikirannya untuk melihat dunia dan semacamnya". Sebenarnya bisa sih menanggapinya karena sudah ada internet dan kalau cuma liburan demi hiburan, sudah banyak hiburan selain wisata seperti main game, menjalankan hobi motret atau kumpul komunitas, tapi yaudala setelah melihat ekspresi mereka. Rasanya lucu sih kalau diingat-ingat 🤣🤣
Singkat cerita, diriku memulai perjalanan dengan menaiki pesawat terbang dari Medan dan masalah mulai terjadi. Masalahnya, penerbangan tertunda lebih 1 jam dan yang lebih gak enaknya lagi, karyawan disana mengatakan maskapai ini emang sering telat makanya tertunda, pikiran pun menjadi negatif. Soalnya ini pengalaman pertama solo (sendiri) pergi jauh. Untungnya masih bisa berangkat
|
Buset, delay terus |
Dalam pesawat, ketemu orang satu suku lupa marganya siapa, entah Lumbantobing, Hutapea atau Hutabarat. Yang pasti dia langsung segan begitu tahu margaku, hampir aja dia angkat bagasinya sendiri padahal uda lansia. Kalau segan boleh aja sih tapi jangan sampe memaksakan diri, toh ada pramugari kok yang siap membantu
|
Tiba di Jakarta |
Akhirnya tiba di Jakarta, tepatnya malam hari dikarenakan tertunda. Mungkin kalau tepat waktu bisa pas maghrib
|
Keluar Bandara |
Untuk bandaranya terbilang mudah dibaca arahnya, entah mereka bagus memberi arah petunjuk atau instingku aja yang lagi jalan. Yang pasti bersyukur bisa tiba di Jakarta dan masih bisa membaca arah. Tapi masalah baru dimulai, apakah itu? Yap, menunggu teman
Sebelum berangkat, aku telah memberi kabar ke teman akan mengunjungi Jakarta dan temanku bisa di tiba dilokasi sekalian menunjukkan kota Jakarta. Tapi masalahnya kami tidak tahu lokasi kumpulnya karena bandara memiliki 3 terminal (kalau gak salah) yang lokasinya lumayan jauh. Diriku sendiri turun di terminal 1, sedangkan teman di terminal 2. Jadinya terpaksa aku ke terminal 2
Masalahnya tidak sampai disitu. Untuk sampai ke terminal 2 membutuhkan waktu lebih 1 jam bila jalan kaki berdasarkan aplikasi maps, sementara aku tidak tahu biaya transportasi yang sesuai kantongku. Jadinya cari informasi kesana-kemari
Dalam mencari informasi, tiba-tiba diriku menjadi toxic seperti mengucap kata-kata kasar, menatap orang dengan tajam sampai pandangan menjadi luas seolah-olah mencari mangsa. Kalau ditanya bisa seperti itu, mungkin efek masalah yang terjadi secara beruntun ditambah selama pergi sampai tiba dibandara belum ada makan maupun minum. Jadinya emosi meledak-ledak
Beruntungnya dalam mencari informasi ada orang baik, gak tahu darimana dia berasal yang pasti dia memberi info kalau di bandara ini ada layanan transportasi gratis antar terminal dengan menggunakan bus. Hati pun menjadi lega mendegarnya, terimakasih bang (^^)
Setelah mendapatkan info dan turun ke terminal 2, aku mengucapkan terimakasih kepadanya dan ketemu temanku yang telah lama menunggu. Kami pun langsung meninggalkan bandara
Selama perjalanan, tepatnya menuju kontrakan teman. Aku cerita pengalaman naik pesawat sendiri beserta kesannya. Ternyata temanku juga perdana jemput bandara, jadinya kami miscommunication soal terminal bandara
Akhirnya, kami tiba di kontrakan dan langsung cari makan karena perut sudah menjerit. Kami coba es teh pinggiran jalan dan makan ayam goreng dari Ayam Be'beq Mpo Munaf. Untuk rasa enak dan cabenya kuat, mungkin efek belum makan 🤣. Yang pasti aku suka
Puas menikmati makanan, kami pulang dan istirahat. Berakhirlah hari pertama di Jakarta
Hari kedua di Jakarta
Pagi yang cerah disambut dengan suara yang senyap. Gak seperti Jakarta yang kubayangkan, kayak banyak suara kendaraan dan orang lalu-lalang. Mungkin temanku aja yang cari kontrakannya ditempat yang santai jadinya kondisi terbilang tenang
|
Hari kedua di Jakarta |
Perut mulai lapar dan aku mengajak temanku untuk sarapan pagi. Mendengar ajakanku, temanku langsung membalas, "Jangan pagi kali sal, pasti macet. Mending agak lewat aja makannya". Aku nurut aja karena belum tahu kondisi Jakarta
Setelah kami rasa cukup menunggu, kami berangkat mencari sarapan. Kami sarapan di Mie Ayam Bang Sombro Anak Rantau Wonogiri yang menjual Mie Ayam. Aku langsung pesan dan melihat tampilannya beda dengan di Medan. Bedanya dimana?
Mie ayam disini cenderung tidak berkuah alias kering, beda dengan di medan yang sudah disajikan berkuah. Memang sih disediakan kuah juga dalam bentuk botol saus, tapi tetap terasa aneh. Aku pun bertanya ke teman tentang ciri khas mie ayam jakarta dan dia menjawab rata-rata seperti ini. Kenapa bisa gitu ya? Dibenakku
Sambil berpikir, kuperhatikan orang disekitarku. Sepertinya untuk mengurangi sampah, khususnya sampah berkuah atau berair karena selain baunya cepat menyebar, sampahnya menjadi padat karena tidak ada cairan. Tapi apa betul begitu? Yang pasti itulah yang terpikirkan saat itu
Puas menikmati makanannya, kami lanjut mengambil barang yang berada di pelabuhan. Oiya alasan kami ke pelabuhan, karena teman memiliki usaha online dan mau mengambil barangnya, jadinya ikut biar tahu pelabuhannya di Jakarta
Perjalanan cukup jauh dari lokasi tapi terbayar setelah melihat pelabuhannya. Kalau diperkirakan sekitar 2-3 jam dari tempat makan, sedangkan pelabuhan lebih fokus bahan baku kering. Kalau dibandingkan pelabuhan ini sama di daerah sumut, hampir gak ada bedanya. Palingan terlihat bersih dengan sedikitnya genangan air dan jalan yang terlihat bagus (sedikit berlubang), sisanya hampir sama mulai dari muatan, kendaraan berat, sampai warteg-nya
Setelah mengambil barang teman, kami balik ke kontrakan. Tapi karena jauhnya perjalanan, bikin kami lapar. Jadinya sambil pulang kami bawa nasi padang (nasi perang)
|
Balik ke kontrakan |
Sampai di kontrakan, kami istirahat dari jauhnya perjalanan. Kami pun mulai makan nasi padang biar tenaga kembali kumpul. Puas makan, kami bergegas sholat ashar dan tertidur
Bangun dari tidur, gak terasa sudah maghrib. Kami pun bergegas ke masjid dan melaksanakan shalat. Menariknya di masjid ramai, bisa di bilang terlalu ramai yang di isi anak-anak, tidak seperti tempat tinggalku. Bikin penasaran, kenapa bisa seramai ini
Ternyata, malam itu malam Tahun Baru Hijriah, tepatnya menuju tahun 1445H. Mereka menyambut tahun baru islam dengan menggunakan obor sambil jalan kaki yang terdiri anak-anak, remaja hingga orang tua, ada juga yang menggunakan kendaraan untuk memeriahkan tahun baru ini. Kalau diperhatikan, mirip-mirip sambutannya dengan kotaku, Medan. Suasananya juga terbilang mirip yang bikin diriku bisa membayangkan tahun baru islam di Medan
Oiya, kami ikut memeriahkan juga dengan menggunakan sepeda motor sesuai rute masjid temanku. Puas memeriahkannya, kami kembali istirahat
Hari kedua di Jakarta berakhir dan siap menyambut hari esok
Hari Ketiga di Jakarta
Hari ketiga kusambut dengan semangat, mungkin efek menyambut tahun baru Hijriah. Aku mulai jalan-jalan disekitaran kontrakan dan melihat sedikitnya sampah disini, beda banget sama daerahku yang sampahnya di pagi hari menumpuk. Sepertinya kesadaran masyarakat di kontrakan temanku lebih baik dibandingkan dengan tempat tinggalku
Aku pun lanjut jalan-jalan dan melihat penjual ayam goreng tepung (ayam kentaki) dari Dkriuk. Agak aneh aja melihat jualan ayam goreng tepung di pagi hari, soalnya daerahku terbilang sulit menemukannya. Tapi karena penasaran, akhirnya kubeli tuk mencobanya 🤣🤣
Untuk rasa enak" aja, lebih banyak rasa micin (penyedap rasa) tapi tetap suka. Aku juga mencobanya ke kucing tuk membuktikan micinnya kuat dan hasilnya si kucing tidak mau memakannya. Tapi begitu dibersihkan bumbunya sampai daging ayamnya kering, si kucing mau mencobanya
Puas jalan-jalan, aku balek ke kontrakan dan temanku sudah menunggu tuk sarapan pagi. Tentu aku mau karena masih lapar, tapi bertanya, "kenapa pagi-pagi? Apa gak takut macet?" Temanku bilang tenang aja karena hari ini libur tahun baru Hijriah, jadinya jalan gak rame. Kami pun langsung tancap gas mencari sarapan
Kali ini kami mencoba Bubur Ayam dari Bubur Ayam Kabita Khas Bandung. Tempatnya ramai, jadi bingung cari tempat duduknya. Beruntung ada bangku kosong di belakang, jadi bisa makan di tempat
Untuk tampilannya, lagi-lagi mirip mie ayam yaitu terlihat kering dan sudah disediakan kuahnya dalam bentuk botol saus. Aku jadi kepikiran lagi, "kenapa ya kering yang disajikan? Padahal ini bisa berkuah atau basah?" Kuperhatikan disekitarku sepertinya bukan sekedar biar terlihat bersih dan sampah tidak berair, tapi makanan ini biar gak membuat kenyang. Soalnya pagi hari banyak aktifitas untuk bekerja, dan bila kekenyangan akan melambatkan aktifitas. Aku selama 2 hari tidak merasa kenyang, tapi cukup menjalankan aktifitas. Menariknya, badanku tidak lemas selama makan pagi hari disini
Oiya buburnya enak, jadi bila kamu di Jakarta bisa mencoba
Selesai makan bubur, kami melanjutkan perjalanan kami tuk beli hape, tepatnya tukar-tambah hape karena sedari awal itu rencana utamaku. Kami pun bergegas dan selama perjalanan banyak yang kuliat seperti Monumen Patung Dirgantara, Gelora Bung Karno sampai Melewati jembatan sempit yang dilalui sepeda motor
Akhirnya, tiba dilokasi tepatnya di b-store Jakarta. Tapi sayang keinginanku tak bisa terlaksana
Ternyata setelah masuk ke sana, penjual tidak mau tukar tambah dengan alasan pemerintah gencar blokir IMEI ilegal dan hape yang mau kutukar-tambahkan termasuk dalam daftar pemerintah, jadi mereka tidak mau ambil resiko. Hah rasanya jadi sia-sia rencanaku karena ini tujuan utama
Sia-sia rencanaku, temanku menyemangatiku dengan mengajak makan di tempat makan terkenal, yakni RM Padang Payakumbuah punya selebgram. Aku pun setuju dan lansung kesana karena dibilangnya bisa seenak nasi padang di Medan
Tiba dilokasi, kami parkir kendaraan dan langsung masuk cari tempat duduk. Disana, kami disambut karyawan dan diantarkan ke tempat duduk yang kosong. Kami langsung pesan Gulai Kikil, Dendeng Batoko Lado Merah, Sambal Hijau dan Daun Singkong dengan nasi putih
Untuk rasanya, aku suka. Namun bila dibandingkan dengan di Medan masih belum bisa bersaing kecuali dagingnya. Soalnya nasi padang di daerahku kuahnya bisa menyatu dengan nasi dan lalapan lain yang bikin rasa menggoda lidah. Tapi untuk Jakarta sudah bagus khususnya dendeng batoko rekomendasi mereka, pedasnya bermain dengan sayur dan nasi. Kedepannya, tempat makan ini bisa lebih mengembangkan kualitas makanannya
Selesai makan di Payakumbuah dan menerima kenyataan. Kami lanjut jalan-jalan ke Monas. Tujuannya kesini mau jalan-jalan dengan melihat ikonnya langsung. Sebenarnya banyak sih ikon lainnya, tapi mengingat waktu terbatas kami memilih monas
Tiba di Monas, kami memarkir kendaraan. Saat mau masuk ada yang menjual air minum. Jika kamu tidak bawa air minum, saranku belilah karena begitu masuk ke dalam gak ada yang menjual, kalau pun ada pasti lebih mahal. Alasan lain disarankan beli karena luasnya monas dan hanya bisa di akses dengan jalan kaki. Tentu untuk kamu yang jarang jalan kaki/olahraga akan cepat capek
Untuk monasnya, sesuai yang ada di internet. Cuma untuk masuk ke dalam tugu monas belum bisa, ada waktu tertentu dan terbatas waktu. Jadinya hanya bisa melihat luarnya. Walaupun begitu sudah cukup senang karena salah satu tujuan tercapai
Puas melihat Monas sambil tidur-tiduran kami pulang. Begitu tiba di kontrakan kami kembali istirahat sambil menunggu waktu maghrib untuk shalat
Maghrib telah tiba, kami berangkat ke masjid seperti biasa. Setelah melaksanakan ibadah, kami mencari makan malam dengan membeli ayam goreng tepung di dkriuk. Aku langsung memberitahu kalau pagi tadi beli juga yang kriuknya menggoda walau banyak micin. Mendengar ceritaku, dia mencoba cabang lainnya, tepat beli dia biasanya
Untuk rasa masih mirip-mirip, mau itu kriuk dan micinnya, tapi tetap suka selama ditemani nasi. Untuk sambalnya biasa aja, jadinya kami masak sambal sendiri biar rasanya makin nikmat. Beruntung sambalnya cocok dengan ayamnya, bikin kami bisa makan dengan lahap
Berakhirlah hari ketiga dengan ditutup bermain game Mobile Legends walaupun banyak kalahnya sih 🤣🤣
Hari Keempat di Jakarta
Hari keempat kami sibuk menyelesaikan urusan masing-masing, seperti temanku yang mau mengantarkan barang dagangannya. Sebenarnya aku juga ada kesibukan lain seperti menjual kamera karena ditasku ada kamera yang mau dijual. Hanya saja selama pencarian online (daring) tidak ada penawaran yang cocok. Untuk tukar-tambah atau jual hape terpaksa di tunda karena masih banyak yang ragu soal IMEI blokir. Jadinya hari ini banyak dikontrakan
Malam harinya baru kami gerak, tepatnya ke Blok M yang katanya banyak wisata dan kuliner yang bisa dicoba. Sayang disana tidak ada yang kami coba mengingat dana kami terbatas, jadinya hanya memandang-mandang saja dan kembali pulang
Dalam perjalanan pulang, kami mulai lapar dan pas ada jualan pizza yang bernama Domino's Pizza. Tentu kami coba karena belum pernah mencobanya
Untuk pesanan, kami pesan versi hemat yang berisi topping potongan sosis dengan balutan keju mozzarella. Untuk rasa enak karena aku termasuk penggemar keju, sedangkan temanku suka juga karena rasanya gak kalah sama Pizza Hut
Selesai makan pizza kami beristirahat di tempat itu sambil memandangi jalan. Gak terasa sejam berlalu, kami balek ke kontrakan
Sesampainya di kontrakan kami kembali lapar, maklum makan pizza ditambah gak makan pas siang jadinya lapar. Kami beli sop dan masak nasi, setelah itu makan. Disini baru terasa kenyang dan ingin tidur
Hari keempat pun berakhir dengan ditutup cerita sekaligus rencana besok mau balek ke Medan
Hari Kelima di Jakarta dan Kembali ke Medan
Hari kelima, alias hari terakhir di Jakarta, tepat hari jumat. Aku bersama teman sarapan pagi di tempat bubur ayam yang sama dan rasanya masih tetap enak
Di hari ini tidak banyak aktifitas yang kami lakukan, hanya sarapan pagi, balek ke kontrakan, bercerita sampe shalat jumat
Dalam hari tersebut, temanku bertanya kenapa cepat balek padahal tetangga ingin mengajak olahraga pagi di Gelora Bung Karno. Aku menjawab karena tujuanku sudah tercapai, jadi harus balek mengingat dana terbatas
Kami menunggu adzan untuk shalat jumat dan begitu selesai langsung berangkat ke Bandara. Oiya, tidak lupa makan siang dan tidak salah terminal
Selama dibandara, kami menunggu keberangkatan dengan makan roti. Kami pun berpisah setelah pengumuman maskapaiku disebut
Akhirnya selesailah perjalananku di Jakarta, tapi apa benar? Ternyata tidak. Setelah berpisah dengan temanku, gate (gerbang) yang mereka sebutkan berpindah tempat, sementara waktunya tinggal 10 menit, tentu aku kaget karena semua barangku sudah dikemas di bagasi
Beruntungnya aku inisiatif dengan bertanya ke pegawai bandara dan meminta tolong kepada maskapai masih ada penumpang yang tertinggal, jadinya diberi waktu tambahan
Akhirnya, benar-benar berakhirlah perjalananku di Jakarta dengan tepat waktu di maskapai, walau sebenarnya banyak penumpang yang telat karena perubahan gate mendadak
Nah begitulah ceritaku 5 hari selama di Jakarta. Walau singkat tapi masih banyak yang ingin kuceritakan seperti navigasi maps yang sering berubah dan hilang sinyal, sedikitnya jalur potong, ramahnya orang untuk pendatang baru dan masih banyak lagi. Tapi cukup ini aja karena beberapa tujuan telah terpenuhi, sisanya bisa di lain waktu atau menggunakan opsi lain
Semoga tulisan ini membuatmu ada gambaran tentang Jakarta (^^)