Wednesday 29 July 2020

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee

Melihat banyak tempat makan dan kafe yang menawarkan menu andalannya lewat online (daring), membuat saya penasaran dengan tampilan dan rasanya. Soalnya sering nih makanan atau minuman yang kita pesan secara online gak sesuai ekspektasi seperti minuman dingin begitu dipesan es jadi cair atau makanan yang seharusnya banyak topping, eh gak sesuai keinginan. Hal ini bikin kita berpikir "Mending bikin sendiri aja".

Permasalahannya, sering terkendala dengan alat yang kita punya seperti tidak tersedia atau memilih bahan yang masih sedikit pengetahuan tentang masak, khususnya saya, wkwkwkwk. Jadinya lebih pilih pesan online deh.

Nah untuk pesan menu kali ini saya coba pesan minuman dari Arum Coffee. Bagi kamu yang belum tahu, Arum Coffee merupakan kafe/kedai kopi yang ada di kota medan yang menawarkan kopi kekinian sebagai menu andalannya. Lokasinya berada di jalan Gatot Subroto yang bisa kamu kunjungi bila ingin menikmatinya bersama teman.

Balik ke cerita nih. Tuk Arum Coffee, saya memesan Arum Latte, Matcha, dan Brew-Le. Tuk tampilannya masih sesuai dengan ekspektasi saya dengan desain ala-ala stempel gitu, jadinya mudah di ingat saat mencarinya. Oiya tuk tampilannya bisa kamu lihat di bawah ini

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee - Minuman 01
Arum Latte, 20K

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee - Minuman 02
Matcha, 28K

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee - Minuman 03
Brew-Le atau Cold Brew, 25K

Untuk rasa, saya cenderung suka Matcha dibandingkan Brew-Le maupun Arum Latte, soalnya kedua minuman itu ternyata kopi yang masih belum terbiasa sama saya. Memang kedua kopi ini sudah dicampur seperti Brew-le ditambah sunkist dan Arum Latte ditambah susu, tapi karena lebih terbiasa dengan teh jadi saya lebih suka Matcha. Jadi kembali kepada selera deh.

Melihat Kemasan dan Rasa dari Arum Coffee - Minuman 04
Menu yang di pesan

Oke langsung saja pada kesimpulan. Untuk tampilan kemasan saya suka karena desainnya minimalis dengan gaya stempel yang bikin saya mudah ingat. Terus tampilan minumannya saat tiba masih sesuai dengan akun sosmed yang saya lihat, bikin saya selera. Nah cerita rasa kembali pada selera karena saya lebih suka teh dibandingkan kopi. Namun bila kamu suka kopi, Arum Coffee cocok untukmu.

Nah segitu saja dulu cerita singkat saya mencoba Arum Coffee. Akhirnya kata, semoga kamu ikut mencoba~


Catatan
Lokasi di jalan Gatot Subroto No. 21 (Monumen Guru Patimbus dekat jalan S. Parman)
Buka mulai jam 08.00-18.00 wib
Instagram: @arumcoffee.id

Sunday 12 July 2020

Pengalaman Menjadi Freelance di Situs Medan Food Blog

Pengalaman Menjadi Freelance di Situs Medan Food Blog

Pengalaman Menjadi Freelance di situs Medan Food Blog

Kalau cerita kuliner, rasanya tiada habis-habisnya karena ada saja kafe yang bisa saya kunjungi. Apalagi setelah pandemi Corona dan New Normal, bikin dunia kuliner semakin bervariasi, contohnya video cara memasak, aneka mengolah bumbu dapur, cara foto makanan selama New Normal dan masih banyak lagi. Pokoknya ada aja deh yang bikin saya menggugah selera.

Tapi kali ini saya tidak cerita pengalaman mencicip makanan, melainkan pengalaman saya bisa ikut mencoba (review/ulas) makanan, salah satunya menjadi freelance di situs kuliner yang bernama "Medan Food Blog". Mungkin kamu sudah tahu karena di bio blogger saya menampilkan situs kuliner ini, tapi gak ada salahnya kan saya cerita?

Pengalaman Menjadi Freelance di situs Medan Food Blog - Bio Blogger
Bio saya di blogger.com

Pengalaman Gabung di Medan Food Blog

Medan Food Blog merupakan situs/blog yang membahas seputar kuliner di kota Medan. Tampilan situsnya sederhana dan terbilang lengkap untuk sosial media-nya seperti facebook, instagram, twitter dan youtube. Mungkin yang paling menarik dari situs ini adalah informasinya yang gak mutar-mutar dan sesuai dengan kebutuhan saya. Jadinya pingin gabung deh

Pengalaman Menjadi Freelance di situs Medan Food Blog - Situs Medan Food Blog
Medan Food Blog

Akhirnya setelah berjumpa dengan pemiliknya, saya pun meminta ijin bergabung dan beruntung ternyata dia lagi mencari saya juga jadinya bisa langsung gabung deh (beruntung banget). Untuk awalnya, masih diijinkan untuk melihat-lihat dulu atau sebutannya magang kali.

Selama fase magang, kebanyakan saya melihat cara mengambil foto makanan dan informasi yang dibutuhkan seputar kuliner seperti harga, lokasi dan waktu buka. Sisanya mengenai penampilan dan komunikasi agar semakin yakin bertemu pemilik kafe.

Nah setelah selesai fase magang, saya pun menjadi freelance di Medan Food Blog. Untuk fase ini, saya sering diajak pergi makan, baik itu di dalam/luar kota Medan asal saya mampu. Untuk kegiatan freelance-nya cukup banyak, ada menulis, bikin caption di instagram hingga mendokumentasikan kegiatan namun kebanyakan saya mengambil foto tuk dokumentasi. Makanya jangan heran mengapa saya bisa menulis kuliner di blog ini.

Selain memiliki pengalaman freelance, pengalaman yang bikin berkesan di Medan Food Blog adalah bertemu dengan teman dan relasinya. Disini saya jadi belajar tentang kopi, teh dan coklat walaupun saya tidak paham, tapi saya jadi tahu dasar-dasarnya. Tahu konten yang lagi tren seperti bikin video kreatif, bahkan jadi tahu berbagai promo dan kondisi kuliner di kota Medan. Pokoknya banyak manfaat deh

Tantangan di Medan Food Blog

Tantangan yang paling berasa adalah ketika terjadi tawar-menawar saat berjumpa klien, baik itu pemilik kafe ataupun jualan online (daring). Disini kita harus mendengarkan permintaan klien dan menyesuaikan dengan kemampuan kita agar di waktu mendatang tidak terjadi kesalahan (miskomunikasi). Selain itu harga dan waktu juga harus dikondisikan agar tugas tidak menumpuk, jadinya harus disesuaikan terlebih dahulu dengan kemampuan.

Untuk tantangan lainnya, mungkin menanggapi pertanyaan followers seputar kuliner misalnya kafe A makannya apa yang rekomendasi atau di jalan Z tempat makan apa yang direkomendasikan. Nah disini peluang saya untuk mencari konten untuk saya review.

Akhir Kata Untuk Medan Food Blog

Untuk Medan Food Blog bisa saya katakan berhasil menambah pengalaman saya, khususnya kuliner dan fotografi. Karena berkat situs ini, saya jadi sering mendalami fotografi dan desain yang semuanya fokus di marketing (pemasaran). Harapannya semoga Medan Food Blog punya produk atau bisnis lain agar semakin menambah/memperkaya portofolionya.

Oke segitu saja dulu pengalaman saya menjadi freelance di situs Medan Food Blog. Semoga kamu yang membacanya mendapatkan manfaat~