Saturday 27 October 2018

Family Bistro: Perutku Makin Buncit (Close)

Family Bistro: Perutku Makin Buncit (Close)

Eh Buset, serius judulnya 'Family Bistro: Perutku Makin Buncit?' Iya, ini serius lo. Kok bisa? Nah bagi kamu yang penasaran, mari kita mulai perjalanan kita ke Family Bistro.

Perjalanan dimulai dari ajakan kawan ingin mencoba Family Bistro. Semula tidak kepikiran ingin ikut ajakannya, namun karena tidak ada kerjaan jadi ikut deh. Kami pun langsung kesana.

Sesampai disana, kami melihat halaman parkirnya cukup luas, bisa masuk sepeda motor dan mobil sekaligus. Namun entah mengapa sebagian halamannya di palang, kami pun bertanya kepada satpam soal palang tersebut. Alasannya, karena waktu kami datang adalah waktunya anak pulang sekolah, jadinya banyak ojek online yang mangkal yang membuat pegawai Family Bistro sulit melayani pelanggannya.

Setelah kami tahu tentang parkir, saatnya masuk. Cukup banyak yang ingin kuceritakan tentang tempat ini, mulai dari pintu, dinding, furnitur dan masih banyak lagi. Namun sayang tidak banyak yang bisa kuceritakan karena tidak sempat kufoto. Tapi tenang saja, kamu bisa dengar ceritaku tentang kulinernya.

Family Bistro: Perutku Makin Buncit
Sayang foto ruangan yang bisa diambil cuma ini

Untuk kulinernya, cukup banyak yang kami coba. Kami memesan menu Nasi Lemak Malaysia, Nasi Kunyit Ayam Penyet, Nasi Goreng Nenas, Mie Raja Ayam Hitam Curry, Satay Celup Malaysia dan Snack Platter. Sedangkan minumnya, kami memesan Watermelon Longan, Fambis dan Rose Tea.

Sambil menunggu pesanan tiba, kami bercerita dan bermain game online agar waktu tidak terasa lama. Dan akhirnya datang, ini dia

Family Bistro: Nasi Kunyit Ayam Penyet
Nasi Kunyit Ayam Penyet, Rp 36.800

Nasi Kunyit Ayam Penyet, namanya sesuai dengan tampilannya, berwarna kuning karena kunyit dan ada ayam penyetnya. Kami mencoba rasanya dan cukup berlemak dengan dicampur peyek kacang. Untuk ayamnya kami suka, maklum pecinta ayam.

Family Bistro: Aneka Nasi
Aneka nasi yang kami coba di Family Bistro, masing-masing Rp 36.800

Selanjutnya menu yang datang adalah Nasi Lemak Malaysia (nasi berwarna putih) dan Nasi Goreng Nenas. Untuk Nasi Lemak Malaysia kami merasa tidak ada perbedaan dibandingkan nasi lemak biasa, mungkin karena kami belum pernah mencoba nasi lemak dari negeri Malaysia langsung. Tapi lain ceritanya untuk rasa Nasi Goreng Nenas, rasa nasi goreng yang pedas dan asin bercampur dengan rasa nenas membuatku selera.

Family Bistro: Watermelon Longan
Jus Watermelon Longan di Family Bistro, Rp 28.800

Family Bistro: Fambis
Jus Fambis di Family Bistro, Rp 32.800

Sambil menikmati aneka nasi di Family Bistro, pesanan minuman kami datang, Watermelon Longan dan Fambis. Untuk Watermelon Longan, rasanya biasa saja seperti makan dan minum semangka. Tapi lain ceritanya dengan Fambis, aku cukup suka rasanya yang bercampur lemon. Kawan juga cukup menyukainya karena ada topping-nya. Jadi bisa direkomendasikan ni Fambis-nya.

Family Bistro: Satay Celup Malaysia
Satay Celup Malaysia di Family Bistro, Rp 198.000

Family Bistro: Satay Celup Malaysia
Disediakan juga alatnya

Perut mulai kenyang, tapi pesanan kami belum selesai yaitu Satay Celup Malaysia. Menu ini cukup menggoda kami dengan bentuknya yang ditusuk mirip tusuk sate tapi disini banyak toppingnya seperti tahu, bakso ikan, sosis, udang, sayur dan masih banyak lagi. Semuanya dicelup untuk mendapatkan sensasi satay celup. Saat aku mencobanya, cukup banyak perbedaan satay celup sebelum dan sesudah dimasukkan kekuah. Aku merasakan rasanya jauh lebih nikmat saat dimasukkan ke kuah, kawanku juga setuju. Kami pun mencoba sayurnya yang ternyata nikmat juga saat bercampur kuah.

Oiya menu Satay Celup Malaysia bisa untuk 3-5 orang, jadi sangat disarankan makan bersama kawan.

Family Bistro: Rose Tea
Rose Tea di Family Bistro, Rp 28.800

Akhirnya perut kenyang tapi beruntung kami memesan Rose Tea yang membuat perutku kembali lega. Kami beristirahat sejenak sambil minum Rose Tea untuk menu selanjutnya, Snack Platter. Cukup lama kami istirahat, mungkin lebih 15 menit kami istirahat sambil ngobrol dengan owner-nya. Setelah cukup tenang kami melanjutkan pesanan kami.

Family Bistro: Snack Platter
Snack Platter di Family Bistro, Rp 158.800

Snack Platter, dari namanya bisa kita tebak untuk cemilan. Tapi bagi kami yang sudah kekenyang ini bukan cemilan. Kami pun mencoba makan perlahan-lahan dan hasilnya, cukup nikmat untukku yang kekenyangan. Kami langsung meminta kepada pelayan untuk dibungkus agar orang rumah dapat menikmatinya juga.

Family Bistro: Mie Raja Ayam Hitam Curry
Mie Raja Ayam Hitam Curry di Family Bistro, Rp 28.800

Oiya sebenarnya ada satu menu lagi yang sudah dipesan dan telah kucoba, tapi aku tidak tahu rasa detailnya karena waktu itu yang memesannya kawanku. Untuk singkatnya, aku cukup menyukainya terutama kuah kari-nya. Jarang ada yang jual makanan mie menggunakan kari, jadi cocok ni direkomendasi bagi kamu yang suka kari.

Nah begitulah ceritaku Menikmati kuliner di Family Bistro. Berawal ikut-ikutan berakhir kekenyangan. Tidak terasa perutku semakin buncit saat keluar dari bistro ini, tapi tetap puas dengan hidangannya.

Akhir kata, semoga tulisan ini bisa menjadi rekomendasimu. Selamat Mencoba



Catatan: Menu Satay Celup Malaysia tidak tersedia lagi (sejak bulan maret 2019)* 

Saturday 13 October 2018

Sagye: Iseng-Iseng Mencoba Restoran Korea di Medan

Sagye: Iseng-Iseng Mencoba Restoran Korea di Medan

Entah mengapa hari itu harus hujan, padahal hari tersebut sudah kurencanakan dengan matang untuk mengunjungi sebuah restoran Korea di kota Medan. Sebalnya lagi, kunci sepeda motor malah ikut menghilang yang membuatku semakin malas untuk mencoba restoran Korea itu. Beruntung kawan menyemangatiku dengan bantuan melalui ide-idenya, jadi masalah cepat terselesaikan.

Sagye: Iseng-Iseng Mencoba Restoran Korea di Medan

Lantas seperti apa cerita restoran Korea ini? Nah untuk ceritanya dimulai dari semangatku setelah masalah itu. Kami pun langsung menuju restoran Korea di Medan yang bernama Sagye. Saat kami melihat nama restorannya, kami bertanya-tanya apa arti dari nama restoran ini. Dengan modal penasaran, kami langsung browsing dan menemukan jawabannya. Ternyata Sagye berasal dari bahasa Korea yang memiliki arti musim panas, salah satu dari 4 musim di Korea. Selain memiliki arti musim panas, ternyata musim panas Korea memiliki banyak hal menarik seperti kuliner, wisata, hingga budayanya. Jadi semangat mencoba restoran Sagye.

Semangat dengan namanya, pintu restoran kami buka. Suara pelayan datang menghampiri kami sambil mengucapkan selamatan telah mengunjungi restoran mereka. Kami pun mengangguk dan memilih tempat yang terang, tujuannya agar bisa berfoto ria.

Nah setelah berhasil masuk dan duduk ditempat, tiba waktunya memesan. Saat melihat menu-nya, aku berharap restoran korea ini membuatku merasakan suasana panas ala Korea. Alasannya, jika diberi rejeki pergi ke Korea, restoran Sagye bisa menjadi gambaran untuk menikmati kuliner Korea di musim panas.

Siap melihat menu-nya, aku memesan Hot Stone Bibimbap dengan minumnya Green Tea hangat, sedangkan kawanku memesan Cobb Salad Meal dan Beef Bulgogi dengan minumnya Iced Cappuccino.

Sambil menunggu pesanan tiba, kami melihat ruangannya mulai dari dekorasi, motif, furnitur hingga hal unik lainnya yang jarang kami jumpai di kota Medan. Untuk motifnya bisa kamu lihat menggunakan warna alam seperti hijau, cream-coklat, dan putih. Lalu untuk dekorasi dan furniturnya, bisa kamu lihat menggunakan kombinasi motif dinding dengan perpaduan cahaya, membuat suasana menjadi adem dan erat bersama kawan. Semuanya bisa kamu lihat melalui gambar ini.

Restoran Sagye kota Medan - tampilan ruangan
Sisi dari tempatku duduk, terlihat ruangannya adem 

Restoran Sagye kota Medan - Sisi seberang
Sisi seberang, terlihat lampu hias menemani dinding menambah suasana kekeluargaan

Aneka lampu di restoran Sagye kota Medan
Aneka lampu berbentuk kubus

Restoran Sagye kota Medan - Sisi tempatku duduk
Sisi tempatku

Restoran Sagye kota Medan - Ruangan lain
Tangganya dipenuhi tanaman, membuat suasana tetap segar

Restoran Sagye kota Medan - Seluruh ruangan
Sisi kiri dinding berwarna cream, sedangkan sisi kanan bermotif coklat berpaduan kayu

Melihat ruangannya yang adem ayem, tidak terasa pesanan kami tiba. Pesanan yang dulu disajikan adalah pesanan kawanku, Cobb Salad Meal dan Beef Bulgogi. Lalu pesananku, Hot Stone Bibimbap dan terakhir minuman kami secara bersamaan, Iced Cappuccino dan Green Tea hangat. Kami pun langsung mencobanya.

Restoran Sagye kota Medan - Hot Stone Bibimbap dan Green Tea
Hot Stone Bibimbap dan Green Tea di Sagye, kota Medan

Pesananku, Hot Stone Bibimbap dan Green Tea. Dalam menu-nya, Hot Stone Bibimbap berisi semangkuk nasi coklat hangat Namul (sejenis tumisan berbumbu) Gochujang (sejenis cabai dalam bentuk pasta), kecap, irisan telur dan irisan daging. Untuk hidangannya, terlihat sesuai buku menu yang penuh aneka sayur, tidak lupa juga irisan daging sapi sesuai seleraku.

Aku pun mencobanya dan hasilnya bikin selera. Sayur dan tumisannya segar dengan saus Gochujang-nya. Tidak hanya itu, dalam Wikipedia, menikmati Bibimbap bisa dengan mencampurkannya untuk mengikuti gaya menikmati orang korea. Aku kembali mencobanya, wal hasil saus Gochujangnya lebih nendang, serasa makan nasi campur kari tapi sedikit lebih manis daripada kari (kalau masih bingung, bisa cuz langsung ketempatnya).

Restoran Korea Sagye di kota Medan - Green Tea
Green Tea di restoran Sagye

Sambil menikmati Hot Stone Bibimbap, tidak lupa juga dengan Green Tea-nya. Untuk Green Tea, cukup menyegarkan karena dihidangkan pas hangat. Bagusnya lagi, isi teko Green Tea bisa untuk 2-3 gelas yang membuat kita bisa menikmati Green Tea atau jika kamu bersama kawan bisa menikmatinya bersama-sama. Oiya, Green tea yang kuminum tidak menggunakan gula namun jika ingin menggunakan gula bisa memintanya kepada pelayanan.

Restoran Korea Sagye di kota Medan - Beef Bulgogi dan Cobb Salad Meal
Beef Bulgogi dan Cobb Salad Meal di Restoran Korea Sagye

Eits hampir lupa cerita menu yang dipesan kawan, Beef Bulgogi dan Cobb Salad Meal. Untuk Cobb Salad Meal disediakan saus Yuja (Yoghurt) dan saus Sesame (Mayo). Saat mencoba saladnya, aku cukup ketagihan, terutama olive-nya yang bercampur dengan keju. Bagi kamu yang belum tahu Olive, gambar olive bisa kamu diatas yang berbentuk bulat berwarna kehitaman. Saat memakan olive langsung kurang enak, namun begitu dicampur keju, rasa olive menjadi enak. Untuk sausnya, lebih suka Sesame daripada Yuja karena saus Sesame tidak seasam saus Yuja.

Lalu bagaimana dengan Beef Bulgoai? Singkatnya enak. Kok singkat, jelaskan dong? Karena ini makanan favorit kawanku dan aku merasakan cukup singkat, jadi kurang tahu isi-nya seperti rasa sausnya, sayurnya saat bercampur daging sapi dan lainnya. Namun bila ditanya pingin coba kembali, tentu saja pingin biar tahu rasa Beef Bulgogi-nya.

Nah begitulah ceritaku mencoba restoran Korea di Medan. Bagi kamu yang ingin tahu kesimpulannya, restoran Sagye memberikanku gambaran kuliner ala Korea begitu juga suasananya. Untuk dekorasi dan motif tinggal seleramu karena masing-masing tempat duduk memiliki motif yang berbeda seperti tempatku duduk yang bermotif kayu berwarna coklat.

Akhir kata, semoga restoran Korea Sagye sesuai ekspektasimu. Terima kasih




*Foto: Smartphone Sharp Aquos SHV34 au

Thursday 4 October 2018

Menikmati Sejuknya Malam di Anonimo Coffee

Menikmati Sejuknya Malam di Anonimo Coffee

Menikmati Sejuknya Malam di Anonimo Coffee

Menikmati hembusan angin malam nan sejuk, sering kunikmati bersama bandrek dan teh manis. Alasannya, menikmati bandrek dan teh manis sambil terhembus angin malam membuatku rileks setelah beraktifitas. Jadi siap menghadapi hari esok dengan berbagai persiapan.

Namun malam ini berbeda, berbeda karena teman minum malam ini bukan bandrek maupun teh manis. Teman minum malam ini adalah secangkir kopi. Iya secangkir kopi, tanpa gula maupun susu. Cukup nekat untukku yang jarang minum kopi. Kucoba menikmatinya di Anonimo Coffee, jalan T. Amir Hamzah.

Sebelum ceritanya sampai menikmati sejuknya malam di Anonimo Coffee, marilah kutuntun ceritanya.

Langkah awal bukanlah ingin mencoba kopi, tapi penasaran karena dari kejauhan kafe Anonimo Coffee terlihat sejuk dipandang tanpa hiruk-pikuknya manusia. Maklum aku datangnya pas hari kerja, jadi pengunjung tidak terlalu ramai.

Saat masuk ke dalam, terlihat suasana kafe yang tenang dan sejuk dengan adanya batang kayu dan pohon. Tidak lupa juga lampunya yang terang, membantuku melihat tampilan dan suasana Anonimo Coffee di malam hari.

Sambil menikmati suasana malam, kulihat berbagai aksesoris dan tempat yang membuat pelanggan semakin nyaman di kafe ini seperti ada tempat musholla, toilet, ruang khusus untuk perkumpulan (meeting), tempat parkir hingga tempat untuk foto ria di media sosial seperti aneka vespa, rimbunan kayu, tempat seduh kopi dan masih banyak lagi.

Sibuk menikmati suasana Anonimo Coffee yang sejuk, membuatku hampir lupa memesan teman malamku yaitu teh manis. Namun hal itu kubatalkan, mengingat kafe ini mengandalkan kopi sebagai menu andalannya.

Kuperhatikan baik-baik setiap nama menu kopi yang asing di kepalaku, lalu memanggil pelayan. Dengan sedikit malu bercampur bingung, kuucapkan kopi yang kuinginkan, "Amaro Gayo Sun-Dried, satu"

Pelayan bertanya kembali, "Ada yang lain?" Aku menggelengkan kepala menandakan tidak ada (cukup itu saja). Pelayan pun pergi untuk menyiapkan pesanan.

Mencoba menikmati kopi di malam yang sejuk
Mencoba menikmati kopi Amaro Gayo Sun-Dried

Nunggu sambil menikmati sejuknya Anonimo Coffee, akhirnya pesananku tiba, Amaro Gayo Sun-Dried. Sekilas kulihat seperti kopi biasa seperti kopi sachet, tapi karena penasaran kucoba browsing untuk mengetahui kopi Amaro Gayo. Ternyata kopi Amaro Gayo Sun-dried adalah biji kopi yang berasal dari negeri Ethiopia. Alasan mengapa kopi Ethiopia ini diberi nama Amaro Gayo Sun-Dried, karena dipetik sekitar pegunungan Amato di sebuah kawasan kecil bernama Gayo. Sedangkan Sun-Dried merupakan proses pengolahannya, yakni proses pengeringan biji kopi menggunakan sinar matahari untuk mengurangi kadar air dalam biji kopi.

Setelah tahu tentang pesananku, waktunya mencicipi. Kopi yang kurasakan terasa pahit, serius pahit pada tegukan pertama karena jarang minum kopi. Tidak tahu mengatakan seperti apa rasanya, semuanya pahit. Namun Barista disana mengatakan rasa kopi yang kucoba bukan pahit, tapi ada rasa manisnya dan memiliki aroma selain kopi.

Mengikuti ucapan Barista, kucoba meneguknya kembali. Hasilnya rasa kopi yang kuminum cukup berbeda, seperti rasa asam-ringan yang membuat kepala tidak berdenyut seperti makan cabai. Semuanya jadi tidak pahit sesuai kata Barista, kecuali aromanya belum bisa kubedakan.

Nah setelah terbiasa menikmati kopi Amaro Gayo Sun-Dried, aku mencoba menikmatinya bersama suasana malam. Hasilnya cukup baik, sejuknya malam dan aroma kopi bertubrukkan menjadi satu, membuatku rileks untuk menikmati kafe dan kopinya. Padahal jarang minum kopi tanpa gula dan susu.

Akhirnya, menikmati sejuknya malam dengan secangkir kopi tidaklah buruk untuk orang yang jarang menikmati kopi tanpa gula dan susu seperti aku. Waktu pun tidak terasa, karena pengunjung yang datang tidak terlalu ramai, membuat pikiran semakin tenang.

Thanks Anonimo Coffee


Wednesday 3 October 2018

Medan Fusion Culinery 2: Melihat Langsung Event Kuliner di Hotel Santika Premiere Dyandra

Medan Fusion Culinery 2: Melihat Langsung Event Kuliner di Hotel Santika Premiere Dyandra

Medan Fusion Culinery 2: Melihat Langsung Event Kuliner di Hotel Santika Premiere Dyandra

Akhir bulan September, langkah kakiku menuju hotel Santika Premiere Dyandra di Medan. Tujuannya bukan untuk menginap, melainkan melihat event kuliner yang bertajuk Medan Fusion Culinery ke-2. Event ini berlangsung selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 27 - 29 September 2018, sedangkan event-nya berisi cooking demo, kompetisi kuliner, coffee workshop, bazaar, launching product hingga hotelier job fair.

Peserta yang mengikuti Mousse Challenge by Anchor
Peserta yang mengikuti kompetisi kuliner Mousse Challenge by Anchor

Sesampai disana, terlihat kompetisi kuliner sedang berlangsung yang bernama Mousse Challenge by Anchor. Bagi kamu yang belum tahu, kompetisi ini bertema menghidangkan kue / cake dengan menggunakan bahan utama Mousse yakni bahan yang memiliki rasa manis dan tekstur yang kental dan tebal. Kompetisi ini berlangsung mulai jam 09.00 - 10.30 wib dengan peserta mahasiswa dari berbagai universitas.

Peserta yang mengaduk untuk menghasilkan mousse
Peserta yang mengaduk adonan

Sambil melihat kompetisi, ada peserta yang kulihat sedang berusaha membuat mousse. Peserta itu sangat teliti membuat mousse yang diinginkannya. Saking telitinya, tidak terasa waktu telah habis 15 menit saat menontonnya. Aku pun mencoba melihat peserta lain yang sudah selesai membuat mousse agar dia bisa fokus membuatnya.

Untuk peserta lain, lumayan banyak yang sudah selesai membuat mousse. Bahkan sudah mulai menyiapkan topping dan kreasinya seperti menggunakan gelas, menambahkan bubuk sebagai topping sampai hal kreatif yang baru kutemui.

Melihat waktu kompetisi masih panjang, aku pun melihat para juri. Para juri sibuk melihat peserta sambil menilai. Penilaiannya di mulai dari cara memasak, penggunaan bahan utama sebagai tema hingga dapur dalam memasak. Untuk penilaian hidangan, nanti setelah waktu telah habis.

Sambil keliling melihat peserta, tidak terasa waktu tinggal sedikit. Aku pun mencari peserta tadi, peserta yang berusaha mengaduk adonannya untuk menghasilkan mousse keinginannya. Cari, cari dan cari, akhirnya ketemu juga. Ternyata telah siap hidangannya, aku langsung melihatnya dan inilah hasilnya.

Hasil karya peserta yang ditonton
Karya peserta yang teliti menghasilkan mousse

Peserta yang lain pun ikut menyajikan hidangannya sesuai waktu kompetisi. Hidangan yang disajikan cukup banyak, kalau kupikir-pikir satu tema saja sudah bisa menghasilkan berbagai menu yang berbeda, begitu juga rasanya.

Berbagai karya peserta di Medan Fusion Culinery 2
Berbagai kreasi peserta

Akhirnya kompetisi kuliner Mousse Challenge by Anchor telah selesai. Aku pun langsung mencari makanan dan pulang. Alasannya, karena hari jum'at waktu ibadah  shalat jum'at, sementara aku kurang tau lokasi masjid di kota.

Nah begitulah ceritaku melihat langsung event Medan Fusion Culinary 2. Semoga event ini tetap berlanjut agar kuliner di kota Medan semakin maju.